Monday, May 26, 2014

Book Review : Shine On Me - Jangan Lepaskan Aku demi Siapapun_by Shandy Tan

Judul Buku : Shine On Me
Penulis : Shandy Tan
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2013
Tebal Buku : 296 halaman
ISBN : 978-979-22-9818-5
Harga Buku : Rp. 52.500

***

Sinar pada Ozcar: "Karena kalau aku menggenggam tanganmu, aku takut takkan melepaskanmu lagi."

Ozcar pada Sinar: "Kalau saja kau berani membalas genggaman tanganku, kau akan tahu tangan yang paling pas dengan tanganmu adalah tanganku. Tolong jangan lepaskan aku demi siapapun."



Hansen pada Sinar: "Kalau memang ada kemungkinan kau bersedia mendampingiku karena keinginanmu sendiri, meskipun hanya seujung kuku, aku bersedia menunggu sampai kemungkinan itu membesar selebar hatimu."

Sejak kecil Sinar sudah yatim piatu. Ia kemudian diasuh oleh Oma Nida, pemilik Rumah Teh, perempuan tua yang hidup sebatang kara.
      Hampir disaat bersamaan, Sinar bertemu dengan Hansen dan Ozcar. Seiring hari bergulir, perasaan Sinar pada Ozcar bertumbuh, tapi Oma Nida ingin menyatukan Sinar dengan Hansen. Sinar tidak mampu menolak keinginan wanita yang menjadi tempatnya selama belasan tahun, satu-satunya keluarga yang ia miliki, tapi juga tidak ingin mengingkari rasa sayangnya pada Ozcar.
      Sanggupkah Sinar melepaskan Ozcar?


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sesuai dengan judulnya, novel ini menceritakan tentang seorang perempuan bernama Sinar. Bagi orang-orang disekitarnya nama itu sangat tepat untuknya karena ia memang seperti sinar yang menerangi hidup mereka.

Sinar yang saat itu sudah kembali dengan DVD drama Korea pemberian Tante Enna, siap untuk melakukan rutinitasnya setiap sore. Membuka Rumah Teh yang telah lama ia bina bersama Oma Nida, orang yang sangat ia sayangi meskipun bukan Oma kandungnya sendiri.
Sinar adalah anak yatim piatu sejak ia kecil. Ketika berumur 10 tahun, ia diadopsi oleh wanita bernama Kalika, namun kemudian Kalika meninggal akibat kecelakaan. Beruntungnya saat Kalika masih hidup Sinar sudah bertemu dengan Oma Nida sehingga saat Kalika sudah tiada Sinar hidup bersama Oma Nida yang juga sangat menyayanginya dan menganggapnya sebagai cucu kandung.
Oma Nida sendiri hanya hidup sebatang kara. Sinar pernah bertanya pada Omanya tentang anak atau keluarga yang mungkin dimiliki Oma Nida. Jawaban yang diberikan Oma Nida pun selalu sama bahwa ia hanya memiliki Kalika sebagai anaknya dan Desinaria cucunya yang adalah Sinar sendiri. Sinar tidak tahu bahwa Kalika mengetahui suatu kebenaran bahwa Oma Nida ternyata mempunyai seorang anak perempuan yang sudah lama meninggalkannya.

Kembali pada rutinitas yang bersetting di Rumah Teh. Sinar membuka pintu Rumah Teh dan mendapati dua pelanggan tetap sekaligus sahabat Oma Nida, Oma Rika dan Oma Ivon. Selama lima belas tahun mereka nyaris tanpa absen dan selalu yang pertama datang ketika Rumah Teh dibuka. Hari itu saat Oma Rika dan Oma Ivon datang, Oma Rika mengatakan bahwa cucunya akan kembali dan menetap di tempatnya tinggal (rumah Tante Enna) dan secara langsung mengatakan akan mengenalkannya pada Sinar. Meskipun Oma Rika tidak mengatakannya secara terang-terangan, Sinar tahu tujuan perkataan Oma Rika. Perjodohan.
Semakin dalam membaca novel ini, pembaca akan mendapati hubungan yang saling terkait antara tokoh. Sebut saja Tante Enna. Ia merupakan anak dari Oma Rika dan Sinar bekerja di warnet Tante Enna.

Untuk pertama kalinya Sinar bertemu dengan cucu Oma Rika-Hansen-di warnet Tante Enna, meski saat itu ia tidak tahu bahwa laki-laki yang ditemuinya adalah Hansen. Ia mengenal Hansen dengan nama Senna, hanya sebagai pengunjung warnet. Selang waktu yang singkat Sinar juga bertemu dengan Ozcar pada suatu malam di Rumah Teh. Malam itu hujan deras sehingga Ozcar memutuskan untuk singgah di Rumah Teh sembari ia mencari rumah temannya yang kebetulan berada disekitar situ. Ya, Ozcar adalah teman Hansen.
Takdir memang menghendaki Sinar dan Ozcar bertemu kembali. Hari itu Ozcar meninggalkan dompetnya di Rumah Teh dan karena beberapa masalah Ozcar tidak bisa langsung mengambil dompetnya hingga akhirnya Sinar sendiri yang harus membawanya ke rumah Ozcar. Berawal dari saat itu kedekatan pun mulai terjalin antara mereka berdua. Bermula dari adegan yang membuat Ozcar terlena oleh kehalusan dan kelembutan rambut Sinar juga aromanya-hingga-teh Chamomile buatan Sinar yang memecahkan masalah tidurnya. Ia merasa perlu ke Rumah Teh setiap kali masalah tidurnya kambuh. Tanpa Ozcar sadari ia jadi lebih menyukai teh daripada kopi yang dulunya sangat ia gandrungi.
Di sisi lain, Sinar akhirnya mengetahui bahwa Senna adalah Hansen sebagai akibat dari masuknya Oma Rika ke Rumah Sakit. Hansen sendiri sudah memperhatikan Sinar diam-diam. Ia tahu Sinar sangat menyukai lagu Qing Ni Xiang Xin Wo sehingga mencarikannya lirik dan arti dari lagu itu lalu menaruhnya di komputer yang biasa dipakai Sinar saat menjaga warnet. Jelas saja Sinar sangat senang. Apalagi saat Hansen memasukkan salah satu soundtrack drama 49 Days ke komputer konter. Hansen akhirnya dekat dengan Sinar.




Senyum lenyap dari seluruh paras Ozcar. Mereka sedang apa? Kenapa Hansen sedekat itu dengan Sinar, bahkan nyaris memeluknya? Dan kenapa Hansen ada di sini? Bukankah seharusnya dia masih di kantor? (Hal. 93)
 Tiba-tiba saja Ozcar merasa butuh memukul sesuatu. Sinar memang tidak rugi. Ozcar yang rugi karena harus berbagi senyum Sinar dengan orang lain. Memangnya senyummu tidak boleh kumiliki sendiri (Hal. 95)
"Maksudnya, malam ini kau tidr di sini?" tanya Ozcar tak percaya. Nada suaranya sedikit meninggi. Di rumah Hansen? sambungnya dalam hati. (Hal. 139)
Membayangkan Sinar berdua saja dengan Ozcar-apalagi ia tahu Ozcar tinggal sendiri-di malam yang dikepung hujan, membuat darahnya seolah mengalir melawan arah. Pikiran macam-macam nyaris tak berhenti melintasi kepalanya, membuat ia senewen sendiri. Seprainya sampai berantakan karena badannya bolak-balik lebih sering daripada biasanya. (Hal. 152)
"Perlu sekali," tegas Hansen sambil menatap Sinar lekat-lekat. "Supaya aku tidak harus mencarimu atau berbicara denganmu di ponsel laki-laki lain." (Hal. 153)
Hansen memejamkan mata. Jam sebelas. Ozcar dan Sinar. Minum teh berdua setelah sekian jam meladeni pengunjung bersama-sama... Sulit sekali mengenyahkan bayangan kedua orang itu menyesap teh sambil berpandangan tanpa suara di malam yang hening. (Hal. 171)
Lembar-lembar selanjutnya kemudian diisi dengan pertemuan antara Sinar dengan Ozcar dan Sinar dengan Hansen-secara bergantian. Kisah-kisah manis ketika Ozcar berkali-kali harus cemburu saat Sinar bersama Hansen, merasa dongkol setiap kali Hansen selangkah lebih maju dari dirinya untuk mendekati Sinar-atau-Hansen yang juga harus cemburu hingga berprasangka aneh saat Sinar berdua dengan Ozcar di rumah Ozcar. Beberapa kali juga mereka harus berebut kesempatan untuk bersama dengan Sinar walau persaingan itu tidak secara langsung mereka sampaikan.
... dan mendengar Hansen bertanya pada Sinar, "Berarti sekarang ini momen yang istimewa bagimu, atau aku orang yang istimewa bagimu?" Ozcar tidak yakin ia ingin mendengar jawaban Sinar, jadi ia pun menyelonong masuk sambil mencerocos, "Ada tamu. Mana sambutan selamat datangnya nih?" (Hal. 190)
Rahang Hansen mengeras membaca nama pemanggil di layar ponsel. Bagai memiliki kemauan sendiri, tangannya bergerak menekan tombol menolak panggilan... Maaf tapi aku tidak suka kau menyela momen akrab kami sekarang. (Hal. 203)
Hubungan yang Tak Terduga 


Image Source : freehdwalls.net
Satu hal yang membuat saya tertarik untuk terus membaca novel ini adalah adanya hubungan-hubungan yang saling terkait antar tokoh satu dengan yang lainnya. Keterkaitan itu-untuk sebagian pembaca-mungkin sudah menjadi hal yang biasa dalam sebuah novel, tetapi... jika hubungan itu disajikan dengan cara yang berbeda... pembaca mana yang tidak tertarik?
Terlepas dari itu sejak awal aku sudah dibuat penasaran dengan kenyataan bahwa Oma Nida ternyata mempunyai anak perempuan. Akankah terkuak kenyataan yang sudah lama Oma Nida pendam?


Sepasang Gantungan Kunci
Rasa penasaran mulai merabah pikiran saya ketika Sinar begitu kaget mendapati gantungan penguin yang mencanteli kunci mobil Hansen. Mengapa ia begitu kaget? Mengapa ekspresi Sinar seperti itu? Pertanyaan yang sama juga dilontarkan Hansen.
Pikiran Sinar yang tergambar dalam novel ini pun lebih menambah rasa penasaranku, Mungkinkah dia sudah lupa apa pasangan penguin itu? Yah, mungkin saja. Bukankah memang sudah lama sekali? Tapi... dia sendiri yang bilang tidak akan lupa. Buktinya dia masih menyimpan dan memakainya.
Ada kisah yang terjadi pada Sinar di masa lalu "dengan seseorang" tepatnya seorang anak laki-laki yang menjadi temannya sewaktu ia berada di panti asuhan. Ia juga yang memberikan gantungan merpati pada Sinar sebagai pasangan gantungan penguin. Pertanyaan kemudian muncul ketika Sinar mencoba mengingat kembali tentang sosok anak laki-laki itu di masa lalu. Ia berbeda dengan Hansen. Lantas... mengapa gantungan itu ada padanya?


Sepasang Cangkir Porselen
Belum terjawab teka-teki tentang gantungan penguin yang dimiliki Hansen, teka-teki lain kemudian muncul. Kali ini tentang sepasang cangkir porselen. Saat itu Sinar berada di rumah Ozcar dan hendak membuatkannya teh. Rasa kaget yang amat sangat sontak memenuhi tubuhnya. Tidak salah lagi... ini benda yang sama. Belasan tahun minum dari cangkir ini, aku hafal setiap detainya luar kepala. Ketepatan ukurannya dalam genggamanku. Juga ukiran emas naga di bandannya.
Ya, cangkir itu sama persis dengan cangkir yang selalu ia gunakan pada saat meminum teh bersama Oma Nida. Apakah ini hanya kebetulan? Atau... adakah hubungan antara Ozcar dengan Oma Nida?

Begitu banyak teka-teki yang menimbulkan rasa penasaran bahkan ayah tiri Ozcar-Om Danta-juga merupakan rahasia yang dipendam oleh Ibu Marini-mama Ozcar. Siapakah Om Danta sebenarnya?


Baca kisah selengkapnya di novel Shine On Me karya Shandy Tan.

***


Ini merupakan kali kedua saya membaca karya Shandy Tan setelah sebelumnya pernah membaca cerpennya pada Buku Antologi Cerpen - Autumn Once More . Sata pertama melihat sampulnya saya sudah bisa menebak kalau novel tersebut pasti mengangkat kisah tentang minuman favorit sebagian orang-'teh'. Entah itu bersetting pada kedai teh atau misalnya karena teh, dua orang akhirnya dipertemukan. Jika membaca sinopsis singkat yang ada di sampul belakang-yang juga saya tuliskan di awal artikel ini, saya yakin sebagian orang pasti beranggapan bahwa kisahnya sudah pasaran. Kisah cinta segitiga yang terjadi antara Sinar, Ozcar dan Hansen. Tetapi....kalian tentu sudah melihat gambar sampul di artikel saya ini. Gantungan penguin dan merpati yang tercantel pada kedua cangkir teh itulah yang membuat saya penasaran untuk membaca novel ini. Saya merasa ada kisah unik dibalik gantungan itu.

Temanya khas tentang cinta dan seperti yang sudah saya katakan sebelumnya dari segi cerita, kisah yang diangkat cukup lazim. Terlepas dari itu, saya acungkan jempol untuk sang penulis. Saat sebagian besar penulis berlomba-lomba menulis novel tentang kopi-minuman yang menjadi icon gaya hidup metropolitan-Shandy Tan malah mengangkat kisah yang berlatarbelakang 'teh'. Menurut saya itulah uniknya novel tersebut.

Alur cerita cukup bagus. Terkesan simple tetapi juga diolah dengan sangat apik sehingga menggelitik rasa penasaran pembaca. Bukan saja kisah utama dari Sinar, Ozcar dan Hansen yang berhasil memberikan surprise tetapi juga kisah dari Oma Nida dan keluarga Ozcar.
Penulis menggunakan POV 3 secara bergantian pada masing-masing tokoh. Yang menarik adalah penulis menjelajahi pikiran masing-masing tokoh serta menggambarkan dialog batin para tokoh tersebut, membuat semua tokoh seakan menjadi tokoh sentral dalam novel tersebut. Menurut saya itu sangat menyenangkan. Bisa mengetahui pertentangan batin antar tokoh satu dengan tokoh lainnya atau dengan tokoh itu sendiri.

Dari segi bahasa juga sangat baik. Kesan pertama saya saat membaca novel ini-sangat...sangat..terkesan. Buat saya membaca novel ini bagaikan mempelajari kata-kata dalam KBBI. :) Penuh dengan  kata-kata yang belum lazim digunakan (buat saya pribadi dan mungkin bagi sebagian pembaca lainnya). Contoh : Menjerang, menggenjot, barang uzur, tercenung, menyelonjorkan, mencebik, mendelik, gelenyar, berkelakar, dll.
Meskipun begitu, saya juga mendapati beberapa typo, seperti :

  1. kaukhawatirkan (halaman 132) dan kaurintis (halaman 137). Kata kau dan khawatirkan serta kau dan rintis harus dipisah.
  2. Manurut (halaman 137).
  3. Ozcar du-duk manis di meja aluminium....(halaman 168). Menurut saya tidak ada penekanan dalam kalimat itu sehingga tidak seharusnya ada tanda (-) dalam kata duduk.
  4. ...di bawah meja ia berusaha melepaskan merpatinya dari penguin Hansen. Agak sudah, tapi syukurlah berhasil dengan tepat ketika sudut mata kirinya menangkap unjung sandal Hansen....(halaman 181). Saya agak bingung dengan kata-kata agak sudah, mungkin seharusnya agak susah.
Secara pribadi saya kurang suka dengan cerita penutup pada novel ini. Dari awal saya terbiasa dengan keinginan melihat momen-momen bahagia antara Sinar dan Ozcar, sehingga pada akhir novel yang ditutup dengan sudut pandang Hansen serta dialog batinnya...saya agak kecewa. :)
But over all...good.
Novel ini sangat cocok untuk orang-orang yang ingin mempertahankan cintanya. Semangat Ozcar patut ditiru.

Memorable Quotes/Moments :
  • "Tidak ada beban yang terlalu berat kalau kita mau membaginya" (halaman 103).
  • "Tapi yang paling tepat dengan tanganmu adalah tanganku, Sin." Ozcar menekankan tangan Sinar semakin rapat ke dadanya (halaman 254).
  • Sinar mencebik, Ozcar tertawa. Lalu Ozcar memandangi Sinar lekat-lekat. Untuk perempuan semungil ini, Sinar menempati ruang yang cukup besar dalam hati orang-orang di sekitarya dan membuat tempat itu terang benderang hanya dengan senyum dan kepolosannya.
Rate : 4.5/5





9 comments:

  1. Hai, salam kenal... saya ingin follow blog ini agar dapat apdetan klo seumpama ada review buku baru lagi.. siapa tau ada buku yg recommended.. skalian saya juga ingin belajar bagaimana membuat review sebuah buku.. klo bisa blognya dipasangin tombol follow biar bisa langsung liat ada tulisan baru klo buka blog sendiri.. :)

    ReplyDelete
  2. salam kenal kembali.
    trimakasih untuk sarannya,,
    tombol follow nya sdh saya pasang. Berhubung saya baru di dunia blogging jdi mohon komentarx kalo masih ada kesalahan :)

    ReplyDelete
  3. ooh.. saya juga baru kok.. baru beberapa tahun nge-blog.. :D klo sempat, bolehlah ya.. mampir ke blog saya.. siapa tau menemukan kisah yg menarik disana.. #ehh..
    kalo berkenan ini blog saya --> caddillo.blogspot.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oke2. Aku tdi smpat mampir.
      Pas mau follow,, jaringanx lalod. Jdi tdk dpt tmbol utk follow blogx

      Delete
    2. oohh.. oke2.. :D sempat mampir toh.. maap ga disiapin minum.. :D

      Delete
  4. hai salam kenal juga
    Ak udah follow blog anda berdua ..
    Kalo sempat mampir dan follow blog ak ya
    perantaubatam.blogspot.com

    ReplyDelete
  5. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  6. Terima kasih untuk resensinya yang indah.
    Aku share di akun Facebook-ku. ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama-sama mbak.
      Wah ga nyangka di komen sama authornya :)

      Delete

You might also like :

LinkWithin